Minggu, 19 Juni 2011

3.3    Kritik Marx
Karl Marx (1818-1883) merupakan kritikus paling getol dalam mengkritik sistem kapitalis yang melahirkan sistem pasar bebas. Dalam tulisannya dapat ditemukan penggambaran fakta-fakta yang menyengsarakan para pekerja bahkan menyebabkan kematian prematur yang terjadi karena adanya sistem pasar bebas yang mementingkan profit dan mengabaikan kesejahteraan serta hak-hak seorang pekerja.
Marx dalam pandapatnya, memperbandingkan kondisi kehidupan yang diciptakan oleh kaum kapitalis dengan pandangan tentang bagaimana seharusnya manusia hidup. Dalam perbandingan Marx, Marx menganggap manusia harus secara bebas dalam mengekspresikan diri untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tentu saja berbeda dengan kondisi kehidupan yang diciptakan oleh kapitalis. Marx merumuskan bahwa mereka, kaum kapitalis, melakukan pengasingan terhadap para pekerja dalam empat bentuk sikap, antara lain:
a.    Pertama, kaum kapitalis memberikan penguasaan hasil kerja mereka pada pihak lain. Apa yang dihasilkan pekerja diberikan pada penguasa kapitalis dan digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang bertentang dengan kebutuhan mereka. Marx menuliskannya sebagai berikut:
“Kehidupan yang diberikan oleh pekerja pada suatu obyek berubah menentang dan menganggap pekerja sebagai kekuatan yang asing dan jahat…pekerjaan menghasilkan berbagai kekayaan bagi kaum yang kaya, namun hanya memberikan kemiskinan bagi para pekerja. Ia menciptakan istana, namun hanya memberikan gubuk bagi para pekerja. Ia menciptakan keindahan, namun hanya meninggalkan kecacatan bagi para pekerja. Ia menggantikan tenaga manusia dengan mesin, namun memberikan pekerjaan kasar dan mengubah sebagian pekerja menjadi mesin. Ia menciptakan kecerdasan, tapi juga kebodohan bagi para pekerja.”

b.    Kedua, kapitalisme mengasingkan pekerja dari aktivitasnya sendiri. Pasar kerja memaksa mereka untuk menerima pekerjaan yang tidak memuaskan mereka dan membiarkan mereka memperoleh penghidupan yang tidak layak.
c.    Ketiga, kapitalisme mengasingkan orang terhadap diri mereka sendiri dengan menanamkan pendapat yang keliru atas apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Marx menggambarkannya dalam sebuah tesis seorang ekonom yang membahas tentang penolakan atas kehidupan dan kehidupan manusia.
“semakin sedikit yang anda makan, minum, beli buku, nonoton film atau bermain bola atau dan semakin sedikit anda berpikir, bercerita, bercinta, berteori, menyanyi, melukis dan sebagainya, maka akan semakin banyak sesuatu yang dapat anda simpan dan semakin banyak kekayaan anda yang tidak dapat dimakan rayap-modal.”

d.    Keempat, masyarakat kapitalis memisahkan dan mengasingkan mereka dalam kelas-kelas social yang bertentangan dan tidak sederajat serta menghancurkan komunitas dan hubungan perhatian.
Marx tidak ragu-ragu dalam menolak prinsip kapitalis. Dalam kutipan yang dikeluarkannya menggapi sistem pasar bebas dan kebebasan pemilikan property,tertulis:
“Anda takut kalau kami menghancurkan property anda. Namun dalam masyarakat anda, property telah membunuh sembilan dari sepuluh orang yang ada; keberadaannya yang hanya bagi sedikit orang muncul dari ketidakadaannya di tangan sembilan orang yang lain. Anda menyalahkan kami, karena bermaksud menghancurkan suatu bentuk kepemilikan yang keberadaannya mensayratkan tidak adanya property bagi mayoritas masyarakat.”

3.3.1 Fungsi Pemerintah
Fungsi pemerintah seperti dalam sejarah adalah melindungi hak atau kepentingan kelas pengusaha. Tapi hal itu ternyata hanya mitos idiologis yang menyembunyikan fakta sebenarnya, bahwa kekuasaan kaum kayalah yang mengendalikan sistemm politik di pemerintahan. Marx menganalisa kesalahan sistem tersebut menjadi  dua komponen utama: subtruktur ekonomi dan superstruktur sosial.
a. Subtruktur ekonomi menggambarkan suatu bisnis yang membagi hubungan produksi suatu masyarakat dengan menentukan kelas-kelas yang ada didalamnya. Hubungan  produksi dalam masyarakat akan dibedakan menjadi dua yaitu kaum  kapitalis (pemilik) yang disebut sebagai kaum borjuis dan kelompok pekerja yang dieksploitasi  yang disebut kaum proletariat. Kaum borjuis dianggap memiliki kekuasaan yang mutlak atas pengekploitasian tenaga kaum proletariat.
b. Superstruktur sosial adalah suatu bentuk kelompok yang berisi sistem pemerintahan yang beridiologi untuk membantu kaum substuktur ekonomi melindungi bisnis yang dijalankannya. Dengan kata lain pengusaha akan mengendalikan pemerintahan dan menggunakan kekuasaan pemerintah untuk membuat kebijakan yang melindungi dan memberikan keuntungan pada mereka.

3.3.1 Pemiskinan Pekerja
Marx menjelaskan bahwa jika bisnis tetap menggantungkan pada prinsip kapitalis dan pasar bebas, maka yang terjadi adalah serangkaian bencana tehadap sistem perkonomian yang menyebabkan inflasi dan dilanjutkan oleh resesi. Klaim Marx ini didasarkan pada dua karateristik yaitu:
a.    Dalam sistem kapitalis modern, pemilikan property asset produksi dikendalikan oleh para pemilik yang hanya ingin menambah kekayaan meeka.
b.    Dalam sistem kapitali modern, komoditas diproduksi secara besar-besaran dengan kelompok pekerja yang, jika mereka ingin hidup, harus bekerja pada perusahaan yang dimiliki oleh para pengusaha yang hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri.
Dan hal-hal tersebut menjadi sebuah kontradiksi yang menyebabkan tiga kecenderungan yang semuanya hanya akan memelaratkan para pekerja. Adapun kecenderungan tersebut adalah:
              i.        Pertama, kekuasaan pasar dalam kondisi ini hanya akan terkonsentrasi pada tangan beberapa pengusaha, hal ini menyebabkan pengusaha-pengusah kecil menjadi tidak berarti karena tidak dapat berproduksi pada skala ekonomis yang pada akhirnya bisnis kecil akan di take over oleh pengusaha tersebut.
            ii.        Kedua, masyarakat kapitalis akan mengalami downturn (menurun) atau krisis. Hal ini terjadi karena adanya sikap egois para pengusaha untuk mendapatkan surplus sebesar-besarnya sehingga produksi ditingkatkan karena dianggap akan mampu memberikan keuntungan yang lebih besar. Tapi faktanya adalah terbalik, karena produksi yang overload tanpa melihat kemampuan pasar dalam menyerapnya, maka terjadi oversupply yang menyebabakan barang tersebut membanjiri pasar yang menyebabkan terjadinya depresi atau resesi akibat menurunnya penyerapan surplus.
           iii.        Ketiga, menurut Marx, keegoisan para pengusaha yang menganut sistem kapitlis akan terus berusaha meningkatkan kekayaan asset mereka sehingga mengorbankan kesejateraan pekerja dengan mengganti pekerja dengan mesin atau mempekerjakan para pekerja seperti mesin dengan upah yang sangat subsistensi. Kepentingan pengusaha juga akan menghambat terjadinya kenaikan gaji para pekerja.
Secara terakumulasi, tiga kecenderungan itu akan melahirkan krisis yang berulang dan kenaikan jumlah pengangguran dan menurunkan upah yang relative diterima oleh pekerja, yang oleh Marx disebut “pemiskinan pekerja”.

3.3.4 Tanggapan
Tanggapan ini mengenai sanggahan terhadap teori Marx. Adapun sanggahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Pandangan mengenai pasar bebas yang menciptakan ketidakadilan adalah salah, karena menurut mereka keadilan dalam sebuah sistem pasar adalah keadilan berdasarkan sumbangsih yang diberikan. Jika pasar berlangsung secara kompetitif maka pasar akan membayar berdasarkan sumbangsihnya terhadap output ekonomi yang dihasilkan.
b.    Dalam pasar bebas diberikan kekuasaan dalam pengalokasian sumber daya secara efisien tanpa paksaan dan ini adalah keuntungan yang lebih besar dibandingkan perbedaan kederajatan seseorang yang dikemukakan Marx.
c.    Dalam pasar bebas, mereka menjelaskan bahwa didalam pasar bebas pemerintah tidak boleh mendukung atau berpihak pada kaum-kaum tertentu, sehingga setiap orang berhak bergabung pada komunitas manapun. Hal ini digunakan untuk menepis bahwa stuktur pasar bebas mengganggu komunitas.

3.4    Kesimpulan: Ekonomi Campuran
Perdebatan antara pihak yang mendukung dan menentang prinsip kapitalis dan sistem pasar bebas terus berlangsung. Hal ini mungkin dipicu oleh penggambaran runtuhnya Uni Soviet yang menggambarkan kemenangan sistem kapitalis dan pasar bebas, tapi tumbuhnya pesaing baru dalam pasar seperti Jepang menjelaskan bahwa pasar bebas dan sistem kapitalis bukanlah satu-satunya kunci dalam menuju kesuksesan. Dan pada suatu titik jenuh pertentangan ini, telah memaksa para ekonom tetap menggunakan sistem pasar bebas dan kepemilikan property pribadi namun mengubah cara kerjanya dengan campur tangan pemerintah dalam menghilangkan kekurangan yang jelas terjadi pada sistem tersebut. Perpaduan antara peraturan pemerintah, pasar bebas parsial dan kepemilikan pribadi yang terbatas adalah suatu sistem yang sering kita sebut sebagai sistem “ekonomi campuran”.
Ekonomi campuran ini tetaplah sebuah sistem pasar bebas dan kepemilikan pribadi dengan memadukan dengan intervensi pemerintah. Intervensi pemerintah dalam hal ini meliputi sistem transfer dalam suatu kebijakan dengan menghilangkan kesenjangan melalui penarikan uang dari kelompok kaya dalam bentuk pajak penghasilan yang didistribusikan pada kaum lemah untuk tunjangan kesejahteraan. Intervensi laiinnya adalah peraturan upah minimum, keselanatan pekerja, serikat pekerja dan kebijakan yang lainnya yang melindungi pekerja dari eksploitasi. Monopoli dinasionalisasikan atau mungkin dihilangkan. Kebijakan moneter dan fiskal pemerintah menjamin tidak adanya pengangguran dalam lingkungan masyarakat. Lembaga-lembaga pengawasan pemerintah dibentuk bertujuan untuk mengawasi perusahaan agar tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.

3.4.1 Sistem Property dan Tehnologi Baru
Perdebatan lain lahir akan  sistem kepemilikan property pribadi berupa intelektual. Dalam hal ini kita ambil contoh, suatu tehnologi yang dikembangkan oleh seseorang, secara paham kepemilikan property pribadi, maka tehnologi itu hanya dapat dikonsumsi oleh orang yang membuatnya. Tetapi hal ini tidaklah mungkin, dengan pandangan prinsip yang seperti ini maka dianggap menghambat kemajuan dalam hal pembaruan dan tehnologi baru. Perdebatan pun muncul dari para ahli ekonom dan para filsuf yang mengeklaim saling berlawanan. Satu pihak mengklaim bahwa property intelektual adalah hak sosial yang dapat dinikmati tanpa memberikan intensif financial, sesuai prinsip sosialis. Tentu saja pendapat ini ditentang oleh kaum yang menganut paham Locke. Sampai pada akhirnya ditemukan jalan tengah dalam menyelesaikannya dengan dibuatnya sebuah hak paten untuk melindungi hak kepemilikan property intelektual meskipun tidak secara utuh menyelesaiakn masalah tersebut, karena hak paten akan hilang setelah 14 tahun atau 20 tahun kemudian, yang secara tidak langsung menghilangkan hak kepemilikan property intelektual tersebut.
Regards,
        Moch. Hendra Kurniawan
         NIM. 821 510 9128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar