Minggu, 19 Juni 2011


qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
 


Bab III

SISTEM BISNIS

24/10/2010

MOCH. HENDRA KURNIAWAN 821-510-9128



BAB III
“SISTEM BISNIS”
MORALITAS SISTEM PASAR

Pendahuluan
Pada dekade-dekade akhir abad ke-20, sang raksasa bisnis, Amerika, mengalami sejumlah penurunan kemampuan bersaing pada pasar-pasar penting ditingkat internasional. Penurunan ini disebabkan oleh suatu kompleksibilitas permasalahan dalam sisi penurunan produktifitas, Keadaan resesi ekonomi, kemiskinan, persaingan yang ketat dari negara asing (jepang) dan nilai deficit perdagangan. Kondisi ini memicu suatu perdebatan tentang dibutuhkannya suatu bentuk sistem kebijakan industri yang baru. Kebijakan industri yang baru ini memilki tujuan dimana pemerintah mengambil langkah-langkah koheren dalam menstimulus bidang-bidang industri yang mengalami penurunan. Secara jelas kebijakan ini membuat suatu bentuk regulasi pasar yang terkendali dari sisi pemerintah. Tindakan kebijakan ini dapat dicontohkan  seperti undang-undang pembatasan impor, pengembangan lembaga-lembaga perencanaan untuk merencanakan sistem penguatan pasar, pembentukan lembaga keuangan yang mengawasi pemberian kredit terhadap industri-industri tertentu.
Salah satu pendapat yang mendukung adanya kebijakan baru ini adalah ekonom Ray Marshall. Dia – dalam beberapa kongres- mengatakan bahwa, pemecahan masalah ekonomi haruslah didasarkan pada pembagian tenaga kerja yang tepat antara pemerintah,dan pasar serta mekanisme-mekanisme yang mampu mendukung penyelesaian masaah secara kooperatif. Pasar di Amerika menurut dia, memang mempunyai power untuk melakukan efisiensi jangka pendek tapi tidak untuk melakukannya dalam jangka panjang. Pasar seperti itu tidak mampu untuk melindungi kepentingan lingkungan, menghindarkan diri dari inflasi, resesi dan menciptakan perdagangan yang terbuka dan adil. Oleh karena itu campur tangan pemerintah diperlukan sebagai konjungtor untuk menyelesaikan masalah ini.
Lain halnya dengan Robert Anderson seorang yang menentang kebijakan baru ini. Dia berpendapat bahwa revitalisasi penuh atas perekonomian Amerika dewasa ini hanya dapat dilakukan jika terdapat perbaikan kemampuan bisnis dalam pasar global yang ada sekarang ini. Perbaikan ini dirasa sangat sulit dilakukan jika ada suatu proteksi tertentu yang mungkin mensentralisasikan perencanaan dalam pasar, sehingga kebebasan dalam melakukan kegiatan bisnis dalam pasar akan terbatasi, dan tidak ada celah untuk meningkatkan kemampuan produktifitas di pasar.
Kontroversi ini, menyisakan suatu pertanyaan, apakah pemerintah perlu mengatur dan mengkoordinasi aktivitas usaha dan bisnis? Atau pemerintah membiarkan para pelaku pasar megusahakan kepentingan mereka sendiri dalam pasar yang tidak teregulasi? Dan apakah sistem bisnis seharusnya menjadi sistem bisnis yang terencana atau ekonomi pasar bebas?
Utntuk memjawab itu semua, akan dijelaskan pada penulisan selanjutnya dengan memaparkan sejumlah pendapat yang mendukung dan menentang kedua sistem pasar tersebut.

Idiologi
Ideology adalah sebuah sistem keyakianan normatif yang dianut oleh sejumlah anggoata dari kelompok sosial tertentu. Ideology suatu kelompok tersebut akan membentuk suatu pola pikir tertentu dalam menanggapi atau merespon sesuatu. Dalam pembahasan kali ini akan lebih difokuskan tentang ideology bisnis, suatu bentuk keyakinan normatif atas masalah-masalah yang terjadi pada ruang lingkup bisnis yang diyakini oleh kelompok bisnis tertentu.
Ideology bisnis seseorang (dalam suatu kelompok) kerap sekali memberikan arahan kebijakan yang diambil dalam memutuskan persalahan bisnis yang dihadapi, sehingga dapat kita simpulkan suatu ideology mampu merubah atau mempengaruhi tindakan seorang pelaku bisnis. Untuk itu sangat penting seorang pelaku bisnis memahami ideology yang digunakan untuk menghindari suatu tindakan pervasif dalam keputusannya-sebuah pengaruh yang mungkin sebagian besar tidak disadari dan mungkin berasal dari ideology yang salah dan secara etis dipertanyakan.
George Lodge dari Havard Business School mengidentifikasikan ideology menjadi dua, yaitu:
a.    Ideology Invidualistik
Ideology ini menjelaskan bahwa peran pemerintah cukup terbatas dalam mengatur regulasi pada pasar. Pemerintah pada dasarnya terpisah dari bisnis, dan hanya bertindak saat terjadi suatu krisis tertentu-wabah, polusi, bencaa alam, perang dan lain sebagainya.
b.    Ideology Komunitarian
Ideology ini membedakan peran pemerintah dalam bisnis. Disini, pemerintah lebih beriskap prestisius dan otoritatif bahkan dapat menjadi otoriter. Tugas pemerintah disini adalah menetapkan kebutuhan masyarakat baik jangka pendek ataupun jangka panjang dan memastikan apakah kebutuhan tersebut dapat terpenuhi atau tidak.

Marshal menggambarkan tentang sistem pasar bebas yang digunakan Amerika yang mulai merosot karena tidak adanya campur tangan dari pemerintah. Dalam hal ini Marshal mencoba membandingkan dengan negara jepang dimana kondisi ekonomi jepang pada saat itu mengalami pertumbuhan yang sangat pesat akibat campur tangan pmerintah. Oleh karena itu Marshal menyatakan bahwa para pelaku bisnis di Amerika perlu merubah sistem bisnis mereka di pasaran.
Sistem Pasar VS Sistem Perintah
Pasar berusaha menyelesaikan suatu masalah ekonomi yaitu, siapa yang akan memproduksi apa dan untuk siapa. Masyarakat modern menggunakan dua sistem dalam menjawab permasalahan tersebut: menggunakan sistem perintah atau sistem pasar?
Sistem perintah adalah suatu bentuk sistem dengan satu kebijakan otoriter secara utuh yang di delegasikan secar vertical kebawah untuk menentukan siapa yang memproduksi. Apa yang akan di produksi dan siapa yang akan mengkonsumsi hasil produksi tersebut. Dalam sistem ekonomi suatu negara, dapat kita ambil contoh Amerika dan Inggris yang selama perang dunia kedua menggunakan sistem perintah ini untuk mengkoordinasi industri-industri perang atau uni soviet (1928-1953) yang membuat serangkaian kebijakan dalam memutuskan suatu kebijakan produksi.
Alternative lainnya, yaitu sistem pasar bebas, adalah suatu sistem dimana suatu perusahaan secara berbeda (sumber daya dan cara mencari keuntungan) memutuskan tentang apa yang akan diproduksi secara bebas tanpa ada aturan yang mengaturnya.
Bebas dalam mempertukarkan barang tersebut dengan siapa saja dan bebas dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam sistem ini ada dua komponen yang sering digunakan yaitu sistem property swasta dan sistem sukarela. Jika sebuah perusahaan bisnis menganut sistem pasar bebas maka perusahaan tersebut mempunyai hak dalam melakukan pertukaran barang tersebut secara bebas. Tentunya pasar bebas ini tidak mungkin terjadi jika seseorang mau menukarkan barng-baranya secara sukarela.
Ada dua argument yang biasanya digunakan dalam mempertahankan sistem pasar bebas ini, yaitu argument John Locke dan argument Adam Smith. Argument yang menentang adalah argument dari Karl Marx. Untuk memahaminya akan dibahas pada penulisan selanjutnya.

3.1    Pasar Bebas dan Hak: John Locke
Pandangan John Locke ini didasarkan pada teori hak moral yang mencakup berbagai konsep mengenai hak prinsip-prinsip etis dalam berbisnis. Pandangan Locke ini berasumsi bahwa manusia memiliki “hak alami” atas kebebasan dan “hak alami” atas property pribadi. Dalam keadaan alami ini, menurut Locke, manusia memilki kedudukan yang sama dan sepenuhnya bebas dari batasan-batsan selain hukum alam-prinsip moral yang diberikan oleh Tuhan dan dapat ditemukan pada semua orang dengan menggunakan penalaran yang diberikan Tuhan.
Hukum alam mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki hak kebebasan dan tidak tunduk terhadap kekuasaan politik orang lain tanpa izinnya. Hukum alam juga mengajarkan bahwa kita memiliki hak kepemilikan atas tubuh dan usaha yang dilakukannya. Pandangan ini juga mengajarkan bahwa setiap individu memiliki hak property pribadi dimana hak ini diklaim sebagai hak yang diberikan oleh alam (saat seseorang “memadukan” usahanya menjadi sesuatu) dan telah ada sebelum adanya pengaturan oleh pemerintah. Jadi hak ini membebaskan seseorang memiliki sesuatu property pribadi karena usahanya dan pemerintah hanya berhak melindungi tanpa berhak ikut campur dalam pengaturannya.
Pandangan John Locke inilah yang menjadi acuan dasar dalam melakukan bisnis dengan sistem pasar bebas, karena tiap orang mempunyai hak kebebasan dan memiliki sesuatu berdasarkan usahanya seutuhnya.

3.1.1 Kritik Atas Hak Locke
Para kritikus atas pandangan Locke ini memfokuskan pada empat kelemahan yaitu:
a.    Pertama, Locke mengatakan dalam pandangannya bahwa, seseorang memiliki hak property atas kepemilikan propeti ketika orang tersebut mempunyai dan memadukan usahanya dengan obyek property yang tak berpemilik maka obyek tersebut menjadi hak kepemilikannya. Dalam suatu analogi yang dapat digambarkan adalah apabila saya menemukan kayu dan memahatnya sehingga menjadi patung maka patung itu adalah  property yang saya miliki. Tapi para kritikus menentangnya dengan analogi sebagai berikut, apabila saya mempunyai segelas air dan melemparkannya ke laut, apakah laut tersebut menjadi milik saya?
b.    Kedua, meskipun manusia mempunyai hak alami dan kebebasan akan kepemilikan property tapi hal ini tidak berarti hak-hak tersebut lebih diprioritaskan dari hak-hak yang lain. Kita sepakat bahwa hak alami dan hak prioritas  adalah hak negative yang mungkin akan sering bertentangan dengan hak positif orang lain. Dalam hal ini kita ambil contoh hak positif orang lain berkaitan dengan memperoleh makanan, perawatan, kesehatan, perumahan atau udara bersih.
c.    Ketiga, pandangan Locke mengisyaratkan sesuatu hal dimana pasar bebas menciptakan suatu perbedaan hak yang tidak adil dalam persaingan pasar bebas usaha seseorang porposional terhadap modal yang dimilki dan property yang dimilkinya. Semakin besar modal dan property semakin maju seseorang dalam menjalankan bisnisnya, tetapi lain halnya bagi pihak yang memiliki modal dan property yang terbatas. Apabila hal ini berlanjut tanpa adanya intervensi pemerintah untuk meratakan dan membuat regulasi yang mengaturnya, maka kesenjangan sosial akan menjadi sangat tajam.
d.    Keempat, para kritikus menilai pandangan Locke ini menggambarkan adanya nilai invidulis karena setiap manusia hanya mementingkan kepentingannya sendiri dan bebas dalam menentukan hak alami mereka sehingga secra terpisah dari komunitas. Persepsi ini menurut para kritikus salah total, karena tiap manusia lahir pada kondisi sosialis dan saling ketergantungan pada sesama. Kita ambil contoh ketika kita terlahir, kita kan banyak tergantung pada kasih sayang orang tua, dan begitu pula tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Secara singkat kita dapat berkata bahwa pandangn Locke ini mengesampingkan hubungan perhatian yang membentuk identitas dan mungkin membentuk hak-hak individu tersebut.

3.2    Utilitas Pasar Bebas: Adam Smith
Pendukung kedua dari pasar yang tak teregulasi oleh aturan apapun datang dari seorang bapak ekonomi modern, Adam Smith, 1973-1970. Argument Smith secara ekplisit adalah argument utilitarian yang menyatakan bahwa pasar tak tergulasi dan property pribadi akan menghasilkan keuntungan yang lebih dari pemberlakuan aturan apapun. Menurut Smith, saat individu dibiarkan bebas untuk mencari kepentingannya sendiri di pasar bebas, mereka akan diarahkan menuju kesejahteraan public oleh “tangan tak terlihat”.
Tangan tak terlihat ini tentu saja adalah persaingan pasar. Saya akan mencoba menggambarkannya, agar anda mudah untuk memahaminya. Dalam sebuah sistem pasar kompetitif, terjadi pengalokasian sumber daya diantara berbagai industri dalam sebuah masyarakat. Saat suplai barang tertentu mengalami penurunan, maka barang jadi dari barang tersebut mengalami kenaikan harga yang tinggi karena tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Secara otomatis produsen barang ini akan mendapatkan keuntungan yang besar dari pada produsen komoditas barang lain. Hal ini memberikan dorongan produsen-produsen lain untuk mengalihkan sumber daya yang dimilikinya untuk memproduksi barang tersebut karena dianggap lebih menguntungkan. Akibatnya kelangkaan atas barang tersebut dapat teratasi sehingga harga tersebut menjadi normal kembali. Kondisi yang berlawanan adalah ketika jumlah suplay lebih besar dari permintaan sehingga harga barang menjadi turun. Hal ini memicu para produsen untuk mengalihkan sumber daya untuk memproduksi komoditas lain yang lebih menguntungkan. Fluktuasi harga pada pasar kompetitif ini menarik para produsen untuk mengalokasikan sumber daya produksi pada pemeroduksian komoditas yang paling banyak permintaannya dan menarik sumber dayanya pada komoditas yang terlalu banyak tanpa disertai permintaan yang memadai. Secara singkat dapat kita simpulkan pasar mengalokasikan sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen seefisien mungkin dan hal inilah yang mendukung prinsip utilitas sosial pada pasar bebas.

3.2.1 Kritik Terhadap Adam Smith
Para kritikus yang menentang pendapat Smith ini dengan beberapa keberatan:
a.    Pertama mereka beranggapan bahwa pendapat Smith ini tidak realistis. Karena para kritikus menganggap teori yang dijabarkan oleh Smith hanya berlaku pada zaman Smith yang menggambarkan bahwa para produsen sangat banyak dan kecil. Jadi teori Smith hanya terjadi ketika para produsen tidak mampu membuat harga. Pertanyaan yang paling besar, bagaimana dengan era seperti sekarang ini, dimana para produsen mampu memonopoli harga barang karena produsen sekarang memilki kemampuan modal raksasa sehingga proses pricing mampu terjadi dengan penentuan keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya produksi yang rendah tanpa melihat para pesaing secara signifikan.
b.    Keberatan kedua adalah masalah penggantian sumber daya produksi. Para produsen akan memaksimalkan keuntungan dengan meminimalkan biaya yang timbul dari proses produksi. Tapi untuk sumber daya yang tidak menimbulkan dampak secara langsung kurang mendapatkan perhitungan yang matang dari Smith. Contohnya dalah polusi yang dihasilkan, dalam penentuan harga akan berdampak terabaikannya penanganan mengenai polusi.
c.    Ketiga, Smith menggambarkan bahwa manusia secara alami hanya termotivasi akan keuntungan. Hal ini menurut para kritikus adalah salah. Karena manusia sebagai makhluq sosial cenderung untuk menunjukan sikap perhatian terhadap kebaikan orang lain dan membatasi kepentingannya untuk hak-hak orang lain. Menurut para kritikus yang menyebabkan manusia beorientasi pada keuntungan ekonomis adalah suatu sistem  yang terdapat dalam pasar kompetitif bukan dari keinginan alami individu.

3.2.2 Kritik Keynes
Kritik yang tajam diajukan oleh John Maynard Keynes (1883-1946) seorang ekonom Inggris. Dia berasumsi bahwa, suatu sistem pasar akan terus mengalami penambahan permintaan yang menyebabkan penambahan sumber daya persediaan yang digunakan. Permintaan total atas suatu barang adalah sigma total dari permintaan tiga sector ekonomi, yaitu rumah tangga, bisnis dan pemerintah. Jumlah barang yang tersedia mungkin lebih kecil dari pada jumlah barang yang diminta. Perbedaan ini timbul karena pelaku ekonomi sector rumah tangga lebih memilih untuk menabung dalam bentuk sekuritas. Akibatnya terjadi kontraksi pada persediaan. Para pelaku bisnis menyadari bahwa barangnya tidak mampu terjual semua dipasaran, sehingga mereka akan mengurangi tingkat produksi dan pemberdayaan sumber dayanya. Saat produksi turun, maka penghasilan suatu rumah tangga menjadi kecil. Pada kondisi ini akan terjadi keseimbangan pasar dimana persediaan akan sesuai dengan permintaan yang ada namun disertai dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan sumber daya lain yang tidak termanfaatkan.
Dalam kondisi ini Keynes, memberikan jawaban dengan perlunya intervensi pemerintah. Pemerintah mampu mempengaruhi kecenderungan  sector rumah tangga untuk menabung yang dalam kondisi ini menyebabkan banyak pengangguran dan pemanfaatan sumber daya yang diabaikan. Pemerintah dalam hal ini dapat membuat kebijakan untuk mempengaruhi kondisi ini:
a.    Pertama mempengaruhi suku buku bunga untuk mempengaruhi ketersediaan uang dipasaran: semakin banyak ketersediaan uang semakin rendah pula suku bunga pinjaman.
b.    Kedua pemerintah juga dapat mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima sector rumah tangga dengan menaikkan atau menurunkan pajak.
c.    Ketiga pengeluaran pemerintah mampu menutup perbedaan antara permintaan dan jumlah persediaan dengan cara menaikkan permintaan dari rumah tangga dan bisnis (secara tidak sengaja menciptakan inflasi).
Pendapat Keynes mampu menangkis pendapat Smith, bahwa intervensi pemerintah adalah instrument yang mampu memberikan utilitas terbesar bagi masyarakat.

3.2.3 Utilitas Survival Of  The Fittest: Darwinisme Sosial
Doktrin dawinisme menambah warna baru dalam justifikasi utilitarian. Menurut doktrin tersebut hukum survival of the fittest (bahwa yang kuat akan tetap bertahan dan yang lemah akan punah oleh seleksi alam) dapat diterapkan dalam dimensi kehidupan manusia, dimana persaingan tersebut terjadi pasar bebas. Individu-individu yang mampu bertahan dalam bisnis adalah yang terkuat dan yang terbaik. Dan para pendukung teori ini menganggap bahwa adanya proses seleksi ini akan membantu memacu masyrakat kaum pebisnis untuk meningkatkan kemampuan mereka sehingga mampu bertahan dalam persaiangan pasar.
Bagi para kritkus cukup mudah untuk melihat celah kelemahan dalam teori ini. Mereka, para kritikus, melontarkan sebuah pernyataan sebagai berikut,
“Keahlian dan karateristik yang membantu individu untuk maju dan bertahan tidak selalu dapat menjamin kelangsungan hidup manusia di planet ini. Perkembangan dunia bisnis memang dapat dicapai dengan mengabaikan manusia lain secara kejam, namun kelangsungan hidup manusia juga bergantung pada perkembangan sikap kerja sama dan kesediaan dari orang-orang untuk saling membantu”.

1 komentar:

  1. Casino Sites: Best Online Casino Sites in India | ChoDieCasino
    Welcome to ChoDieCasino! Our online casino choegocasino site is dedicated to provide players with 메리트카지노 the latest in online kadangpintar casino games and entertainment,

    BalasHapus