Minggu, 19 Juni 2011

Bab 5
Etika dan Lingkungan
5.1 Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya
Kerusakan lingkungan dapat diidentifikasikan menjadi dua sumber yaitu polusi dan penyusutan sumber daya. Polusi mengacu pada pencemaran atau kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan dan penyusutan sumber daya mengacu pada penggunaan atau konsumsi pada sumber daya yang terbatas.

5.1.1   Polusi Udara
Polusi udara telah hadir menemani kita semenjak terjadinya revolusi industri dunia, saat cerobong-cerobong asap mulai berdiri dan tidak berhenti bernafas sampai  hingga sampai saat ini. Tingkat polusi udara semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya  atau ekspansi industri pada setiap Negara. Memacu nilai perekonomian dan taraf hidup, memang benar, tapi revolusi industri juga membunuh jutaan harapan hidup dan kebahagiaan secara halus bahkan pada tingkat global. Kita ambil contoh adanya penurunan pada proses vegetasi yang mempengaruhi pada pengurangan hasil panen, adanya perusakan pada bahan-bahan bangunan melalui proses karat, perubahan warna dan pembusukan serta pada skala global pengerusakan yang terjadi adalah pemanasan global, hancurnya lapisan ozon di stratosfer, penyusutan lapisan ozon dan terjadinya hujan asam serta penyakit yang terjadi pada manusia berupa gangguan pernafasan.

5.1.2   Polusi Air
Polusi air adalah polusi yang telah lama ada saat manusia telah menggunakan air untuk membuang sampah dan kotoran, sehingga dalam kadar tertentu, kontaminasi ini dapat membahayakan species yang hidup pada air tersebut atau pun makhluq yang mengkonsumsi air tersebut. Pencemaran air sangatlah beragam tidak hanya dari sampah organic tetapi dari garam, logam, bahan-bahan radioaktif, serta bakteri, virus dan endapan.

5.1.3   Polusi Tanah
Polusi tanah sering terjadi karena adanya pembuangan zat-zat kimia beracun hasil dari limbah industri ke dalam tanah, atau melakukan penguburan bahan-bahan yang berbahaya ke dalam tanah. Polusi tanah juga dapat disebabkan pembuangan limbah padat yang tidak dapat diuraikan di dalam tanah sehingga merusak tingkat kesuburan tanah.

5.1.4   Penyusutan Species dan Habitat
Harus diakui sebuah fakta bahwa manusia telah merusak dan menghapuskan kehidupan species yang ada di lingkungan meskipun tidak secara langsung. Kita ambil contoh penangkapan ikan yang menggunakan cara yang illegal selain merusak ekosistem juga merusak keseimbangan lingkungan di laut sehingga menimbulkan kematian bagi species yang tidak mampu bertahan dan dalam rentang jangka yang panjang akan menyebabkan kepunahan. Eksploitasi kayu oleh industri kayu ataupun non kayu seiring dengan meningkatkan kebutuhan menyebakan kerusakan hutan sehingga hampir ratusan ribu jenis species akan mengalami kepunahan akibat tidak mampunya menyesuaikan dengan lingkungan hutan yang telah rusak oleh ulah manusia.

5.1.5   Penyusutan Bahan Bakar Fosil
Semakin berkembangnya industri semakin besar pula kebutuhan akan pemenuhan sumber energi untuk terus mengaktifkan mesin-mesin raksasa industri. Sumber energi ini diperoleh dari bahan bakar fosil yang secara otomatis penggunaanya setiap tahun akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri di dunia. Penggunaan yang tanpa etika ini akan menyebabkan kelangkaan dikarenakan spare waktu untuk mengembalikan atau membuat bahan baker fosil ini tidaklah sesuai dengan waktu pengekploitasian yang relative singkat.

5.1.6   Penyusutan Mineral
Sama halnya dengan pneyusutan bahan bakar fosil, penyusutan mineral adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan karena eksploitasi besar-besaran tanpa melihat sisi negative terhadap lingkungan dan ekonomi dalam jangka panjang. Mengapa demikian? Kelangkahan suatu benda akan menyebabkan benda tersebut memiliki nilai yang mahal sehingga mampu memberikan pengaruh ekonomi yang cukup signifikan.

5.2       Etika Pengendalian Polusi
 5.2.1  Etika Ecology
Etika ecology adalah etika  yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari bagian non manusia di bumi ini secara intrinsic memiliki nilai tersendiri dan bahwa, karena adanya nilai intrinsic itu, manusia wajib untuk  menghargai, menghormati dan mempertahankannya. Dalam etika ini tidak hanya pada hewan yang memilki rasa sakit tetapi perlindungan juga diberikan pada tumbuhan dimana tumbuhan merupakan penyedia suplay dari berbagai kebutuhan yang bersifat langsung ataupun tidak.

5.2.2   Hak lingkungan dan pembatasan mutlak
Kepemilikan atas lingkungan yang nyaman tidak hanya diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia. Kutipan ini merupakan kutipan yang sering digunakan untuk mendefinisikan bagaimana seorang manusia memiliki hak atau bahkan mengkondisikan dimana manusia lain berkewajiban untuk memungkinkan kita untuk memiliki lingkungan yang nyaman. (hak positif).
Dalam pengetian yang luas, dapat dikatakan bahwa kita manusia berhak atas udara bersih, air bersih dan pemeliharaan atas keindahan alam, nilai estetis dan histories. Dalam keadaan yang seperti inilah dinamakan bahwa manusia memiliki hak lingkungan untuk menciptakan dan menikmati lingkungan yang nyaman.
Permasalahannya adalah dalam menciptakan kondisi yang nyaman maka harus dilakukan pemangkasan terhadap sumber-sumber polusi atau pembatasan mutlak terhadap sumber-sumber polusi yaitu dengan menutup pabrik-pabrik yang menghasilkan polusi. Tetapi pemberlakuan peraturan ini tidaklah mudah karena dalam beberapa kondisi yang terjadi pengurangan polusi memiliki biaya yang sangat besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang dihasilkan dan penutupan pabrik secara otomatis akan mengurangi lapangan pekerjaan serta merumahkan para karyawan yang mugkin jumlahnya ratusan atau bahkan ratusan atau jutaan per tahunnya.

5.3       Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial
 5.3.1  Biaya Pribadi dan Biaya Social
Biaya pribadi adalah biaya yang muncul untuk memproduksi suatu barang (biaya internal) sedangkan biaya social adalah sigma biaya atau biaya total dari biaya pembuatan barang ditambah dengan biaya eksternal (biaya yang ditimbulkan dari efek negative dalam pemroduksian barang tersebut, dalam hal ini biaya ekternal yang dimaksud adalah biaya untuk menanggulangi efek negative dari polusi yang dihasilkan oleh pempoduksian barang). Pembebanan biaya eksternal ini pada biaya total yang nantinya akan dibebankan pada masyarakat dianggap menurunkan utilitas social karena membebankan biaya pada sekelompok bagian orang yang terkena dampak negative atau polusi dari proses produksi tersebut secara langsung.

5.3.2   Penyelesaiaan: Tugas-Tugas Perusahaan
Penyelesaian terhadap permasalahan polusi yang dinggap menurunkan utilitas social dapat digunakan dalam dua cara, yaitu:
1.    Perusahaan melakukan penambahan biaya eksternal akibat dari polusi tersebut pada beban produksi sehingga tercapainya biaya total mencakup biaya sosial yang digunakan sebagai dasar penetapan dari harga barang produk yang tentunya setelah ditambah jumlah keuntungan yang diinginkan. Secara otomatis akan ada dua kemungkinan yaitu semakin kecilnya tingkat keuntungan atau harga barang akan bertambah jika perusahaan menghendaki tingkat profitable yang sama, sehingga dengan kondisi ini akan merangsang perusahaan untuk melakukan pengendalian dari polusi tersebut agar biaya tetap dapat ditekan dan keutungan tetap bisa dipertahankan dengan tidak merubah harga karena apabila perusahaan merubah harga, maka kesulitan dalam menjual produk akan menjadi kendala baru (perlu diingat harga merupaka unsur  persaingan pokok dalam pasar). Penekanan polusi ini dapat dilakukan dengan menggunakan tehnologi baru yang memiliki tingkat yang rendah dalam menghasilkan polusi.
2.    Perusahaan menghentikan polusi dengan memasang alat-alat pengendali polusi, sehingga mampu menekan polusi dalam jangka panjang. Beban pemasangan alat ini tentunya akan dimasukkan pada beban biaya internal.

5.3.3   Keadilan
Pemasukan  biaya eksternal atau biaya yang digunakan untuk menangani polusi dalam biaya internal merupakan sebuah keadilan distributive. Hal ini dapat dijaelaskan sebagai berikut, apabila tidak ada pembebanan biaya, maka keutungan hanya akan dirasakan oleh pihak pemegang saham yang berarti dalam hal ini pemegang saham tidak membayar biaya akibat polusi yang terjadi sehingga keuntungan yang didapat semakin besar. Pihak lain yang diuntungkan adalah konsumen yang membeli produk, karena dalam pembelian barang itu tidak terdapat tambahan biaya untuk penanganan polusi yang menyebabkan harga lebih rendah.

5.3.4   Biaya dan Keuntungan
Pemasangan alat pengendalian dalam proses mengurangi polusi suatu proses produksi memiliki nilai biaya yang sangat besar. Masalah timbul ketika nilai investasi pemasangan alat tersebut menjadi tinggi yang menyebabkan biaya total produksi menjadi bertambah, sedangkan keuntungan dari pemasangan tersebut tidaklah cukup signifikan atau sesuai dengan nilai investasi yang dikeluarkan. Dalam menyelesaikan masalah ini dapat digunakan suatu cara yaitu dengan menghitung nilai investasi dan keuntungan yang didapatkan sehingga dapat mencapai nialai seimbang. Cara ini kita kenal dengan prinsip perhitungan biaya dan keuntungan. Pelaksanaan penghitungan ini adalah menghitung titik equilibrium antara biaya dan keuntungan social yang didapatkan sehingga ditemukan titik yang seimbang. Tetapi metode perhitungan ini tidaklah cukup signifikan untuk dapat menghitung nilai keuntungan atau kerugian. Asumsi yang nyata adalah adakah nilai yang cukup relevan untuk menghitung keuntungan dari sebuah nyawa manusia atau perhitungan biaya untuk nyawa seseorang. Berapa harga nyawa seseorang?

5.3.5   Ekologi Social, Ekofiminisme, dan Kewajiban Untuk Memelihara
Menurut pandangan ekologi social, krisis lingkungan yang terjadi berakar dari system hierarki dan dominasi social yang menjadi karateristik dalam masyarakat. Jadi krisis lingkungan yang terjadi tidak dapat dihilangkan apabila pola-pola hierarki dan dominasi tidak dapat dihilangkan. Mengapa seperti itu? System hierarki dan dominasi melahirkan suatu bentuk dominasi terhadap alam. Dominasi alam ini berujung pada suatu sikap untuk mengendalikan alam. Bagainamana tidak, dengan polusi kita akan merusak alam dan dengan pencegahan polusi kita berusaha untuk mengembalikan tingkat kerusakan tersebut, sehingga secara langsung hal ini dapat di analogikan sebagai sikap yang mendominasi dan mengantur alam. Cara berpikir seperti itu sekilas akan tampak benar, tapi yang akan timbul sebagai pertanyaan adalah apabila alam telah rusak dan tidak dapat dikembalikan sebagaimana mestinya, siapakah yang akan menggantikan? oleh sebab itu para pemikir social berpendapat bahwa manusia harus berpikir dalam dirinya sendiri dan memahami sesungguhnya manusia adalah fungsional yang bertugas untuk memelihara kelestarian alam bukan menjadi pendominasi atau pun penguasa alam yang dapat bersikap merusak dan mengembalikan seperti semula.

5.4       Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis
Konservasi mengacu pada penghematan sumber daya agar dapat digunakan dimasa mendatang. Jadi konservasi mengajarkan untuk membatasi kebutuhan saat ini untuk kebutuhan masa depan.
Konservasi ini digunakan untuk mengatasi masalah penyusutan sumber daya alam, meskipun polusi adalah salah satu artian dari konversi, contohnya polusi mengkonsumsi udara dan air yang bersih. Tetapi dijelaskan pula selama hal yang terkena polusi mampu dikembalikan lagi dengan waktu yang relative singkat maka permasalahan ini bisa digolongkan menjadi sumber daya yang tidak perlu dikonversi, kecuali untuk masalah dimana polusi telah megkonsumsi udara dan air bersih sehingga mampu menghabiskan udara dan air bersih tidak dapat dipulihkan lagi, maka akan menjadi suatu hal yang dapat dikonversikan,. Pengecualian lain adalah untuk polusi limbah nuklir yang akan berakibat pada masa sekarang dan berimbas pada masa depan, sehingga masalah limbah nuklir ini dapat digolongkan sebagai masalah konversi.
Dalam masalah konversi ini menerangkan bahwa sumber daya yang tidak dapat diperbarui untuk masa depan adalah sisa sumber daya yang tidak dapat diperbarui dimasa sekarang. Dari penjelasan tersebut akan muncul dua pertanyaan dasar, pertama, mengapa kita perlu melakukan penghematan sehingga sumber daya yang tersisa dapat dinikmati oleh generasi mendatang? Kedua, seberapa banyakkah kita harus melakukan penghematan?

5.4.1   Hak dan Keadilan Bagi  Generasi Mendatang
“Setiap manusia memiliki hak yang sama”. Statement ini menjadi dasar bagaimana kita bersikap dalam menghargai hak-hak seseorang. Oleh karena itu setiap manusia berhak memperoleh kebermanfaatan sumber daya dari lingkungan yang ada baik yang sekarang ataupun yang akan datang. Dari penjelasan tersebut dapat kita ambil kesimpulan apabila kita menghabiskan sumber daya yang ada sekarang maka sikap kita tersebut dapat dikatan bentuk peramsan hak-hak yang harusnya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Tetapi ada beberapa keberatan yang menghalangi tentang pemberlakuan penghematan bagi generasi mendatang. Kebertan tersebut dirumuskan sebagaii tiga alasan:
1.    Generasi yang akan datang tidak dapat dikatakan memilki hak karena mereka belum tentu ada atau bahkan tidak akan pernah ada.
2.    Jika generasi mendatang memang benar ada maka kita akan diarahkan pada suatu pengorbanan peradaban demi kepentingan mereka, kondisi ini tidak bisa disebut adil.
3.    Seseorang memilki hak tertentu apabila kita tahu bahwa orang tersebut memiliki kepentingan tertentu yang dilindungi oleh hak tersebut, dan hak digunakan untuk melindungi seseorang yang mempunyai tujuan atau kepentingan, tetapi pada kondisi ini kita tidak pernah tahu apa tujuan dari generasi mendatang.

Untuk menjawab permasalahan ini, John Rawl mengatakan “mungkin tidak adil membebankan beban yang berat pada generasi sekarang untuk kepentingan generasi yang akan datang, tetapi juga tidak adil jika kita tidak meninggalkan apaun untuk generasi yang akan datang.” Oleh karena itu Rawl menentukan bagaimana cara menentukan titik keadilan disini, dia mengasumsikan bahwa tiap-tiap generasi haruslah menempatkan diri pada posisi awal, bukan sebagai generasi yang sebelumnya atau sesudahnya. Dan pada kondisi ini, mereka diajak untuk berpikir apa yang pantas dari generasi sebelum dan sesudahnya dan mereka akan sampai pada pemikiran tentang penyeimbangan seberapa besar yang akan mereka tinggalkan untuk keturunan mereka dibandingkan apa yang menjadi hak mereka dari peninggalan generasi sebelumnya.

5.5       Pertumbuhan Ekonomi
Para pengamat berpendapat bahwa jika generasi sekarang ingin menghemat sumber daya yang ada untuk generasi masa depan, maka langkah konservasi saja dianggap tidak mengcover untuk melakukan tujuan tersebut, kecuali dengan merubah system ekonomi yang ada. Kenapa dengan system ekonomi? System ekonomi yang digunakan sekarang selalu mengacu pada suatu pertumbuhan ekonomi. Suatu pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik dengan adanya kemajuan suatu peradaban dan industri. Dari sebab itu, maka permintaan sumber daya yang tak dapat diperbarui akan semakin meningkat tajam hingga pada suatu titik tertentu akan berangsur-angsur mengalami penurunan hingga mendekati nilai zero. Pada kondisi bersamaan, seluruh dunia akan tetap menekankan pertumbuhan ekonomi, sehingga akan menghancurkan intitusi-intitusi ekonomi yang berskala besar, dan selanjutnya secara berurut akan menghancurkan intitusi politik dan social (pemerintah, budaya, pengetahuan dan tehnologi serta kesehatan). Oleh karena itu untuk menghentikan suatu penghancuran peradaban yang sebenarnya adalah dengan menahan suatu perkembangan perekonomian yang ada berdasarkan tingkat kebutuhan dan jumlah populasi yang ada.
Masalah lain yang timbul adalah adanya ketidakseimbangan penggunaan sumber daya yang ada oleh negara berkembang dan negara maju. Negara maju menyerap sumber daya dan energi yang jauh lebih besar dibandingkan pada negara berkembang. Fakta ini menimbulkan sebuah polemic baru ”apakah etis secara moral bagi negara maju untuk menggunakan energi yang dapat habis (bahkan dari negara berkembang) dengan semaunya sendiri mengingat negara berkembang menggunakan sumber daya dan energi hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka dan memang secara ekonomi negara berkembang terlalu lemah untuk memanfaatkan sumber daya ini atau terlalu lemah untuk melindungi secara militer?”(mungkin hal ini yang terjadi pada Negara Indonesia dan amerika).”


Regrads,

         Moch. Hendra Kurniawan
           821-510-9128

Tidak ada komentar:

Posting Komentar